Apa itu keterampilan sosial?
Keterampilan sosial adalah keterampilan yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial meliputi komunikasi verbal dan non-verbal, seperti bicara, gerakan, ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
Seseorang memiliki keterampilan sosial yang baik jika mereka memiliki pengetahuan tentang bagaimana berperilaku dalam situasi sosial dan memahami aturan tertulis dan tersirat ketika berkomunikasi dengan orang lain. Anak-anak yang memiliki keterampilan sosial dapat berkomunikasi dengan jelas, tenang, dan santun. Anak-anak belajar keterampilan sosial melalui pengalaman dengan teman sebaya, contoh dan instruksi dari orang tua mereka, dan waktu dengan orang dewasa.
Kenapa keterampilan sosial itu penting?
Keterampilan sosial sangat penting karena bisa membantu seseorang untuk memiliki dan mempertahankan interaksi positif dengan orang lain. Keterampilan sosial merupakan landasan untuk persahabatan, dan memberikan anak kesempatan untuk belajar dari teman sebaya serta belajar bagaimana bersikap penuh perhatian dengan orang-orang yang mereka temui di masa depan.
Keterampilan sosial memberikan anak rasa percaya diri. Anak yang memiliki keterampilan sosial juga dapat bertanggung jawab atas tindakan mereka dan mampu mengendalikan diri mereka sendiri.
Interaksi sosial tidak selalu berjalan mulus dan seorang anak perlu dapat menerapkan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah ketika mengalami kesulitan. Penting juga bagi anak untuk memiliki 'empati' (yaitu, dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan mengenali perasaan mereka) karena hal itu memungkinkan seorang anak untuk merespons dengan pengertian dan kepedulian terhadap perasaan orang lain.
Bagaimana orangtua bisa mengetahui jika anak memiliki masalah dalam keterampilan sosial?
Beberapa karakteristik yang mungkin ditampilkan anak yang mengalami hambatan dalam keterampilan sosial adalah:
- Kontak mata terbatas atau tidak secara konsisten menggunakan kontak mata untuk menatap mata lawan bicaranya dengan lekat-lekat.
- Tidak dapat bergiliran ketika berbicara dengan orang lain.
- Kesulitan menggunakan bahasa tubuh yang tepat (misalnya berdiri terlalu dekat / jauh dengan orang lain).
- Tidak bisa menggunakan bentuk komunikasi yang sopan (misalnya mengatakan: tolong, terimakasih, halo dan selamat tinggal).
- Tidak dapat memulai dan mengakhiri percakapan dengan tepat.
- Sering mengganggu orang lain.
- Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan dan kerapkali memberikan komentar yang tidak relevan selama percakapan.
- Mengulang-ulang informasi dalam percakapan dan cenderung berbicara tentang topik yang mereka minati sendiri (misalnya kereta api, acara TV / orang favorit).
- Kurang memiliki minat pada apa yang dikatakan orang lain.
- Tidak dapat memahami nada suara yang berbeda atau membaca perasaan orang lain berdasarkan isyarat verbal dan non-verbal.
- Cenderung untuk mengungkapkan (secara berlebihan) informasi pribadi kepada orang yang tidak dikenal atau orang asing.
- Tidak mampu menanggapi candaan, kemarahan, kegagalan, dan kekecewaan dengan tepat.
- Kurang bisa berempati (misalnya tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain atau dalam situasi mereka).
- Tidak memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Apa dampaknya jika kesulitan dalam keterampilan sosial ini tidak ditangani dengan tepat?
Masalah dalam keterampilan sosial tidak akan hilang dengan sendirinya. Ketika situasi sosial yg dihadapi semakin kompleks maka hambatan dalan keterampilan sosialnya semakin terlihat jelas. Pada masa sekolah, anak yang tidak memiliki keterampilan sosial biasanya tidak memiliki teman dan juga berisiko lebih besar mendapatkan perundungan (bullying) karena mereka tidak dapat memahami petunjuk sosial. Hal itu membuat anak menganggap sekolah sebagai tempat yang tidak menyenangkan sehingga mereka menghindari / menolak masuk sekolah. Jika dibiarkan terus berkelanjutan hal ini bisa berdampak putus sekolah.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan hambatan dalam keterampilan sosial berasosiasi dengan masalah kesehatan mental dan fisik. Hal ini terjadi karena orang dengan keterampilan sosial yang buruk cenderung mengalami lebih banyak stres dan kesepian, yang keduanya dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Anak-anak yang memiliki masalah sosial berisiko lebih besar menderita kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat dan obat-obatan serta isolasi sosial.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu anak mengatasi kesulitan dalan interaksi sosial?
Social Skill Group Therapy (SSGT) / Terapi Kelompok Keterampilan Sosial adalah salah satu intervensi terapeutik untuk membantu anak dengan kesulitan keterampilan sosial.
Social Skill Group Therapy adalah terapi kelompok yang dijalankan dengan tujuan untuk menguasai interaksi sosial dengan orang lain. Dalam terapi ini anak dikelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga enam anak, berdasarkan usia dan kemampuan anak dan dipimpin oleh dua terapis. Terapi terdiri dari kegiatan kelompok interaktif yang bertujuan mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri berdasarkan kekuatan dan kelemahan masing-masing anak dalam konteks teman sebaya yang mendukung. Sesi dalam SSGT berjalan selama periode 8 minggu dan bertemu selama satu jam hingga 1 1/2 jam, dan menyertakan umpan balik orang tua / komponen pelatihan selama sesi.
Apa manfaat Social Skill Group Therapy (SSGT) / Terapi kelompok keterampilan sosial ?
Anak-anak dapat mempelajari keterampilan penting yang akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka, seperti :
- Menyapa orang lain
- Memulai percakapan
- Menanggapi orang lain
- Mempertahankan percakapan
- Berbagi dan bergiliran
- Meminta bantuan
Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan sosial dapat membantu perkembangan anak, yaitu :
- Membangun Harga Diri / Percaya Diri
- Berkomunikasi Secara Efektif
- Membaca Isyarat Sosial
- Meningkatkan Pemecahan Masalah
- Memahami Pengambilan Perspektif
- Mengelola Stres / Kecemasan
- Menekankan Kerjasama
(Ditulis oleh Katarina Ira Puspita, M.Psi., Psikolog)
Dirancang khusus untuk memberikan kesempatan pada anak dengan gangguan sosial untuk melatih & meningkatkan kemampuan sosialnya di dalam situasi yang terstruktur, aman, dan suportif.
Social Skills Group Therapy disarankan bagi:
- Anak dengan tingkat kecemasan sosial yang tinggi
- Anak yang mengalami kesulitan beradaptasi di sekolah dan lingkungan
- Anak dengan self-esteemyang rendah
- Anak korban bullying atau anak yang melakukan bullying
- Anak dengan problema perilaku
- Anak dengan riwayat gangguan pola asuh
- Anak dengan high functioningASD, asperger, ADHD, slow learner yang telah menjalani terapi sesuai rujukan dokter/ psikolog
Tujuan Social Skills Group Therapy:
- Meningkatkan kesadaran sosial
- Meningkatkan self-esteem
- Meningkatkan inisiasi sosial
- Mengembangkan respon sosial yang sesuai dengan konteks
- Mengurangi perilaku yang mengganggu (tidak sesuai dengan situasi dan kondisi)
- Membantu anak bersosialisasi dengan teman sebayanya.
- Membantu anak beradaptasi di lingkungan baru
Kelas Social Skill Group Therapy dilakukan dibagi berdasarkan kelompok usia yaitu,
- anak usia pre-school(4-6 tahun) , 8 sesi / 60 menit
- anak usia sekolah (7-9 tahun), 8 sesi / 90 menit
Konseling Anak dan Remaja
Play Therapy & Expressive Art Therapy
Mengenali masalah merupakan tahap awal untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Konseling Psikologi bukan hanya dibutuhkan orang dewasa. Ada kalanya anak membutuhkan bantuan untuk dapat mengungkapkan masalahnya. Konseling Psikologi dengan Pendekatan Play Therapy dan Exprepressive Art Therapy membantu orang tua untuk dapat memahami problema anak, serta membantu anak mengungkapkan permasalahannya...
Menjelang pendaftaran dan penerimaan murid baru, temukan minat dan bakat anak anda, kenali potensi, temukan metode belajar yang sesuai.